WAWASAN: Gratis? Berhentilah Berpikir Tentang Hal Gratis!

BERHENTILAH BERPIKIR TENTANG HAL GRATIS! [1]

(C) 2009 — EE ONE S | Thunder Rider



Gratis? enak sekali kedengarannya! E-mail gratis, website gratis, akses internet gratis, . . . hiburan gratis, servis kendaraan gratis, training gratis, apalagi? Tambahan lagi kalau menginap, jalan, makan, minum, dan rokok gratis!

Tak benar semua itu! Apa pun di dunia ini, jika sesuatu hal dikelola oleh suatu badan usaha manusia, maka sudah dapat dipastikan itu tidak gratis alias butuh biaya. Terlebih lagi bila badan usaha tersebut merupakan suatu unit bisnis komersial, perusahaan atau lembaga.

Jika anda memperoleh sesuatu hal seperti diatas secara gratis, maka dapat dipastikan bahwa ada pihak atau orang lain yang membayarkannya untuk anda kepada pihak penyedia atas fasilitas tersebut!

Pemberian "gratis" [dalam tanda kutip] tentu ada tujuannya. Pihak yang memberikan fasilitas ini tak dirugikan dalam arti sebenarnya, hanya saja mereka tertunda dalam memperoleh keuntungan. Ada sasaran dan keuntungan besar dibalik semua itu yang sedang mereka nantikan, dan "anda" atau yang menerima sesuatu yang gratis ini adalah pihak yang "digunakan" atau "diperalat" untuk mendatangkan keuntungan tersebut bagi pihak lain. Keuntungan pertama yang mereka peroleh adalah bahwa mereka tak perlu membayar anda untuk menjalankan bisnis tersebut.

. . .

BERHENTILAH BERPIKIR TENTANG HAL GRATIS! [2]

(C) 2009 — EE ONE S | Thunder Rider



Gratisan bukan penipuan, tapi bisa dibilang sebagai kamuflase atau penyamaran terselubung. Bukan pula jebakan, tapi bisa dibilang sebagai cara halus dalam membuat orang terperangkap dalam ketergantungan dan melakukan pengikatan dalam suatu persetujuan tersirat dan bahkan bisa tersurat secara legal.

Memang tak ada dosa menerima sesuatu secara gratis. Tapi sebenarnya lebih berpahala dan lebih terhormat bila anda membayar. Peribahasa dan hadits [perkataan baik] mengatakan bahwa: "tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah." Artinya, "memberi adalah lebih baik daripada menerima." Dengan kata lain, "memberi sedekah adalah lebih baik daripada menerima sedekah." Ini sudah diperhalus. Coba bila kata "menerima" dalam kalimat didepan kita ganti dengan kata "meminta." Jadi ketika anda menerima sesuatu yang gratisan, maka anda bagaikan menerima suatu sedekah. Dari sisi pandang si pemberi, anda adalah "fakir" dan atau "miskin," dan patut dikasihani.

Jika anda menerima undangan perhelatan, pesta perkawinan, maka anda sepantasnya memberikan "amplop" [tentu saja ada uang bernilai didalamnya] sebagai gantinya. Memang tak ada keharusan untuk itu. Tapi sangat tidak etis kalau anda datang ke acara undangan dengan tangan kosong, makan dan minum gratis. Masyarakat umum secara logis menyadari bahwa pihak penyelenggara tentu telah mengeluarkan biaya sangat besar untuk melaksanakan pesta tersebut, dan sudah selayaknya ada "take and give" antara yang diundang dan yang mengudang.

. . .

BERHENTILAH BERPIKIR TENTANG HAL GRATIS! [3]

(C) 2009 — EE ONE S | Thunder Rider



Tapi sayang, banyak diantara kita "senang" dan bahkan "tak malu" untuk terus-menerus menikmati kegratisan, bagaikan kita bangga dengan "kemiskinan," dan sangat banyak yang merasa bahwa kegratisan itu adalah suatu keuntungan besar.

Berapa banyak orang menggunakan e-mail gratisan dari Yahoo! Google dan lainnya. Katakanlah secara halus dan untuk lebih menyenangkan bahwa kita sedang bekerjasama dengan mereka untuk suatu usaha yang saling menguntungkan atau "win-win."

Secara bisnis, usaha seperti Yahoo! dan Google memanfaatkan kuantitas para pengakses situs mereka untuk menarik para pemasang iklan yang harus membayar mahal agar iklan mereka dilihat banyak orang. Jadi kegratisan anda sebenarnya dibayar oleh para pemasang iklan. Bagi para pemasang iklan, pengeluaran tersebut adalah sebagai biaya promosi dalam pemasaran, dan mereka berharap produk yang mereka tawarkan akan banyak dilirik calon pembeli dan laku terjual dalam kuantitas besar, dan pengeluaran untuk promosi ini akan tertutupi dengan laba penjualan.

Zaman dulu ada yang namanya pajak sepeda, radio, dan televisi. Jadi waktu pertama ada TV di Indonesia, pemirsa kena pajak tontonan tiap bulannya. Pajak adalah warisan otokrasi dan kediktatoran di zaman kerajaan di masa lampau, dan ini masih dilakukan pemerintah untuk memungut uang dari rakyatnya. Para birokrat ternyata tak seperti para pebisnis yang mereka lebih kreativ, dimana dengan adanya iklan, pemirsa tak perlu bayar untuk menonton TV alias gratis.

. . .

BERHENTILAH BERPIKIR TENTANG HAL GRATIS! [4]

(C) 2009 — EE ONE S | Thunder Rider



Tak sedikit diantara kita yang menggunakan akses internet ditempat kerja untuk kepentingan pribadi, dan bahkan alamat e-mail kantor yang semestinya digunakan untuk urusan komunikasi bisnis kantor, tanpa perduli apakah pihak manajemen kantor atau perusahaan kita memperkenankan hal tersebut. Yang jelas unit usaha dimana kita bekerja pasti membayar untuk itu. Jika hal tersebut sebenarnya dilarang oleh kantor, maka sebenarnya kita telah melakukan korupsi ganda: waktu dan biaya! Tidakkah merupakan hal sangat memalukan?!

Jika anda mengikuti suatu training atau pelatihan secara gratis, maka sudah dapat dipastikan bahwa ada pihak yang membayar untuk kesertaan anda dalam pelatihan tersebut. Yang jelas, tentu ada kepentingan dan sasaran bisnis yang ingin dicapai oleh pihak penyandang dana sebagai sponsor.

Jika suatu pihak penjual mengatakan anda memperoleh sesuatu secara gratis sebagai bonus, maka sebenarnya anda telah membayar untuk itu tanpa anda sadari secara jelas atau kegratisan anda peroleh tersebut dibayari oleh orang lain, atau ada orang lain yang membayar lebih untuk sesuatu yang tak dia terima alias dirugikan untuk keuntungan anda.

. . .

BERHENTILAH BERPIKIR TENTANG HAL GRATIS! [5]

(C) 2009 — EE ONE S | Thunder Rider



Kebanyakan orang yang menerima sesuatu secara gratis, apalagi banyak atau sering, akan tidak menyadari atau kurang peka terhadap harga dan atau nilai yang ia terima, apakah barang dan atau jasa, dan apalagi bila dia memperolehnya dengan mudah. Dan dia pun akan dengan mudah mengabaikannya, tak memperdulikannya, dan bahkan membuangnya.

Berbeda dengan orang yang memperoleh sesuatu dengan susah payah, apalagi dengan kerja, cucuran keringat dan air-mata, maka sesuatu yang dia peroleh itu akan memiliki harga sangat mahal dan nilai sangat tinggi dalam pandangannya, meski itu cuma sekedar hal kecil.

Jadi belajarlah jangan selalu berusaha memperoleh sesuatu secara gratis. Belajarlah untuk dapat memberi. Belajarlah untuk jadi terhormat, dan yang paling penting adalah belajar menghargai nilai sesuatu, walau sekecil apa pun, karena hal tersebut tetap memiliki arti, dan bukan tak mungkin memiliki arti yang sangat besar.

Mengertilah bahwa untuk memperoleh dan menerima sesuatu, kita harus mengeluarkan dan memberikan sesuatu yang lain. Dan bila anda masih terus berharap memperoleh segala sesuatu secara gratis atau dibayari oleh sponsor, maka sebenarnya anda belum dewasa, dan anda belum mampu menghasilkan uang dengan cara menjual suatu konsep, dan anda adalah tipe konsumtiv, bukan produktiv.

__________________________________________________

(C) 2009 — EE ONE S | Thunder Rider

HAKI (Hak Atas Kepemilikan Intelektual) karya tulis intelektual ini dilindungi oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia, dan juga oleh konvensi dan provisi internasional atas karya intelektual di tiap negara di seluruh dunia.

Tak sebagian pun dr tulisan, dokumen atau pagina jala ini boleh disalin, digandakan dan atau diperbanyak: diduplikasi, direplika, direproduksi, ditransmisi, ditranskripsi, ditranslasi kedlm bentuk bahasa apapun atau disimpan dlm satu sistem retrieval apapun; dlm bentuk apapun atau dlm cara apapun, mencakup tp tak terbatas pd cara optik, elektromagnetik, elektronik, elektromekanik, atau lainnya; utk maksud dan tujuan komersial; tanpa pemberitahuan dan perkenanan tertulis terlebih dulu dr pemilik hak atas karya intelektual ini.

Untuk non-komersial, penggunaan sebagai rujukan atau referensi, secara keseluruhan atau sebagian, harap cantumkan sumber informasi ini sebagai acuan.