yadie_bejat Jenderal KOSTER
Poin Brogader : 9682 Total Posan : 4274 Sejak : 08.10.08 Domisili : antara bekasi dan jakarta timur KorWil : bejatterz SeJaT NRA : B3JA Jabatan : JENDRAL BEJAT Thunder : Julukan : 125 "b Status : Sikon : mSh tEbAr pE5oNa Hobi : tEbaR pEsoNa ma cewe gw lah.. Slogan : be U'r self lah..
| Subyek: LENSA: Jakarta Akan Lumpuh Bbrp Tahun Lagi 28.07.10 12:41 | |
| akhir2 ini jakarta makin parah macetnya...coba bayangkan untuk menempu jarak 1km aja kita bisa memakan waktu 1/2 jam lebih hufhfhh.....bikin stress....semua solusi seakan gada artinya dari busway,3 in 1, kita tinggal menuju kemacetan total bbrp tahun lagi jika pemerintah tidak bergerak cepat... | |
|
yadie_bejat Jenderal KOSTER
Poin Brogader : 9682 Total Posan : 4274 Sejak : 08.10.08 Domisili : antara bekasi dan jakarta timur KorWil : bejatterz SeJaT NRA : B3JA Jabatan : JENDRAL BEJAT Thunder : Julukan : 125 "b Status : Sikon : mSh tEbAr pE5oNa Hobi : tEbaR pEsoNa ma cewe gw lah.. Slogan : be U'r self lah..
| Subyek: Re: LENSA: Jakarta Akan Lumpuh Bbrp Tahun Lagi 28.07.10 12:43 | |
| Jalan di DKI Jakarta, kata Fauzi Bowo, hanya berkembang 0,01 persen per tahun. Sedangkan jumlah kendaraan lima tahun terakhir naik 9,5 persen per tahun. tiap hari rata-rata ada 1.127 unit permohonan STNK baru untuk 236 mobil dan 891 motor.
Itu sebabnya, Fauzi Bowo ingin membatasi gerak sepeda motor di Jakarta. "Kami tidak bisa membatasi orang beli sepeda motor. yg bisa diatur adalah penggunaannya," ujar Fauzi Bowo. tp, blm begitu jelas, bgmn peraturan pembatasan itu akan diterapkan. Fauzi tampaknya baru melempar ide, dan mau melihat riak reaksinya.
***
Para pengendara motor tak sepakat kebijakan Fauzi. “"Jangan asal membatasi, selama transportasi masih amburadul," kata Aditya, warga Pondok Labu, Jakarta Selatan. Seorang pengendara lain balik menuding Fauzi melempar kesalahan ke orang kecil. “Bukan memberi solusi, tp menyalahkan pengguna motor," ujar Muhamad Rizal, pengendara motor asal Pondok Kopi.
Macet Jakarta adalah problem akut. Jalanan padat dan tak bergerak itu juga sangat merugikan. Satu lembaga bernama Study on Integrated Transportation Master Plan for JADEBOTABEK (SITRAMP 2004) pernah menghitung kerugian akibat macet di DKI itu mencapai Rp 8,3 triliun. Kerugian itu mencakup tiga aspek. Pertama, kerugian biaya operasi kendaraan Rp 3 triliun. Kerugian waktu Rp 2,5 triliun, dan dampak kesehatan akibat partikel PM10 sebesar Rp 2,8 triliun.
Sepuluh tahun silam, Bappenas pernah menghitung kerugian pemborosan bahan bakar minyak akibat kemacetan. Angka untuk mobil dalam satu tahun Rp 6,5 triliun. Sepeda motor sekitar Rp 8,2 triliun. Total kerugian Rp 14,7 triliun per tahun. Ini asumsi minimal karena macet pada 2009 lebih parah tiga kali lipat dibandingkan 1998.
Selain itu, jika perkembangan kota dan sarana transportasi di DKI Jakarta dibiarkan berjalan tanpa terobosan kebijakan, maka pada 2014 Jakarta diperkirakan macet total. Begitu kendaraan keluar dari garasi, ia akan langsung lumpuh dalam antrean panjang kendaraan. Tidak bisa berkutik. Gambaran ini dikemukakan oleh Japan International Corporation Agency (JICA) setelah melihat perkembangan penduduk, kendaraan dan sarana jalan di Jakarta.
***
Betapapun sepeda motor tak bisa dituding sebagai penyebab tunggal kemacetan Ibukota. “Kalau hanya sepeda motor yg dibatasi, itu tidak memenuhi aspek keadilan,” ujar Yayat Supriatna, pengamat transportasi perkotaan. Menurut dia, mobil juga hrs dibatasi jumlah pemakaiannya.
Yayat menilai, peningkatan penggunaan sepeda motor terjadi karena pemerintah provinsi tak menyediakan alternatif tranpsortasi umum yg cepat dan aman. Akibatnya, orang memilih jalan sendiri-sendiri untuk mengatasi kemacetan. Sepeda motor, karena kelincahan kenderaan roda dua itu, pun menjadi pilihan praktis.
blm lagi, sistem transportasi Jakarta yg blm terintegrasi. Akibatnya, menggunakan kendaraan umum juga boros. Untuk ke satu tujuan, terkadang seorang penumpang hrs berpindah-pindah bus. “Pendapatan warga Jakarta hampir 40 persen habis untuk transportasi,” ujar Yayat.
Jumlah itu jelas mahal. Apalagi jika dibandingkan kota-kota lain di dunia. Warga Singapura, Hong Kong, dan Tokyo, misalnya, hanya membayar 3-5 persen dari pendapatannya. Sementara itu, warga kota besar di Amerika dan Eropa hanya merogoh 5-8 persen dari koceknya untuk biaya transportasi. Itu sebabnya, sepeda motor menjadi pilihan karena lebih efektif dan murah. “Ini mekanisme pasar,” ujar Yayat.
Koordinator Forum Warga Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan, sependapat dgn Yayat. “Pembatasan tak hanya berlaku pada sepeda motor, tp semua kendaraan bermotor pribadi,” ujarnya. Alasan Tigor, 86 persen ruas kendaraan di Jakarta kini dikuasai kendaraan pribadi. Sementara, sisanya kendaraan umum. Padahal kendaraan umum mengangkut 56 persen warga. Sedangkan sisanya diangkut oleh kendaraan pribadi.
Memang, kata Tigor, sepeda motor jumlahnya jauh lebih banyak dari mobil. tp membatasi motor tanpa membatasi mobil adalah kebijakan tak efektif. Dia mengusulkan pemerintah provinsi lebih serius membangun pola transportasi makro. Busway, misalnya, sebetulnya sdh ideal mengatasi kemacetan. “tp busway baru mengadopsi 40 persen dari rancangan konsep utuhnya”, ujar Tigor.
Misalnya, perlu dipikirkan lahan parkir bagi pengguna busway yg tinggal di Depok, Bekasi dan Bogor. Mereka bisa meninggalkan kendaraan pribadinya di tempat angkutan busway. Lalu menggunakan bis cepat dan terjadwal itu masuk ke kota Jakarta.
Tigor melihat busway pun kini tak lagi tepat waktu. Seharusnya 15 menit sekali, tp kerap kali bus itu baru datang sejam sekali. Itu pun sdh penuh penumpang. Kegagalan menjaga rutinitas dan kenyamanan, kata Tigor, adalah penyebab gagalnya busway menarik pengguna kendaraan pribadi menuju kendaraan umum.
Menurut penelitian Institute for Transportation and Development Policy, pengguna mobil beralih ke bus berjalur khusus ini hanya 7,1 persen, dan pengguna sepeda motor 15,4 persen. Sedangkan sisanya adalah peralihan penumpang angkutan umum reguler spt metromini dan mikrolet.
Data itu menunjukkan target peluncuran bus Transjakarta blm sepenuhnya tercapai. Moda transportasi yg diluncurkan 2004 itu baru berhasil mengalihkan sekitar 22,5 persen pengguna kendaraan pribadi.
Tanpa pembenahan angkutan umum massal spt busway, Tigor pesimis kemacetan Jakarta akan bisa dikurangi. Ia lebih mengacu pada busway, bukan angkutan massal lainnya spt monorel dan subway, karena ongkos penyediaannya paling murah ketimbang moda transportasi massal lainnya.
Karena tak ada alternatif transportasi efektif dan murah, tentu pengendara sepeda motor spt Darwis Mustopa misalnya, akan tetap menjalani aktivitas pagi harinya spt biasa. Mungkin sampai 2014 tiba, jika benar Jakarta macet total, | |
|