Subyek: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 28.10.09 9:27
NAMRU-2 Alat Intelijen AS
Yogyakarta - Pakar intelijen Laksamana Muda (Purn) Subardo tetap meyakini keberadaan laboratorium medis milik angkatan laut AS, The U.S. Naval Medical Research Unit Two (NAMRU-2) merupakan alat intelijen AS. Hal ini diyakini Subardo berdasarkan penilaiannya selama lebih dari 30 tahun bekerja di bidang intelijen serta pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) tahun 1986-1998.
"Kalau saya pribadi yakin itu ada motif intelijen dari Amerika. Saya kan kerja di bidang intelijen ini sejak Letnan hingga Bintang Dua (laksmana muda). Lebih dari 30 tahun," kata Subardo di sela-sela Seminar Hari Kesadaran Keamanan Informasi (HKKI) di Fakultas MIPA UGM, Yogyakarta, Jumat (25/4/2008).
Meski meyakini keberadaan NAMRU-2 terkait operasi intelijen milik AS, Subardo, mengaku dirinya tidak lagi mempunyai wewenang menangani persoalan tersebut. Dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah khususnya melalui Badan Intelijen Negara (BIN).
"Saya tidak punya wewenang lagi. Itu urusannya pemerintah dan BIN. Saya hanya mengungkapkan ini agar kita lebih waspada, sebab penyadapan informasi melalui intelijen ada di mana-mana," tegasnya.
Menurut dia kesadaran akan keamanan informasi di Indonesia sampai saat ini masih cukup lemah. Hal ini terbukti dari laporan Lemsaneg beberapa waktu lalu yang menemukan bukti dari 28 kantor Kedubes Indonesia di Luar Negeri, sebanyak 16 diantaranya telah disadap sehingga harus dilakukan pembersihan dan pembenahan. Kasus ini menurutnya sebagai preseden buruk bagi Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam menjaga keamanan informasi.
"Sekitar 16 kedubes yang disadap di luar negeri. Jelas hal itu sebagai preseden buruk agar kita lebih berhati-hati melakukan pengamanan, khususnya informasi," imbuhnya. (bgs/gah)
Bagus Kurniawan - detikNews
teddy MAYJEN KOSTER
Poin Brogader : 6982 Total Posan : 2070 Sejak : 08.12.06 Domisili : LeuwiLiang KorWil : LeuwiLiang NRA : 0090 Jabatan : Ang. Resmi Thunder :
250
Julukan : t250 Slogan : Bravo KOSTER
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 28.10.09 17:51
halah dasar negara adidaya maunya sadap sini sadap situ....
Catur PELDA KOSTER
Poin Brogader : 5817 Total Posan : 276 Sejak : 15.12.08 Domisili : Jakarta Utara KorWil : Jakarta Utara NRA : 0322 Jabatan : KaKorWil JakUt Thunder :
125
Julukan : 125 Sikon : Single Hobi : Jalan-jalan Slogan : Sekali Merdeka Tetap Merdeka, Pertama Saudara selanjutnyakan menjadi saudara
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 28.10.09 18:02
Walah bapak ini berbicara setelah tidak punya WEWENANG kok bisa....................... apakah ini salah satu cara untuk memberitahukan kepada PEMERINTAH.??????
Thunder Rider Admin | WebMaster
Poin Brogader : 27472 Total Posan : 24741 Sejak : 19.06.07 Domisili : Bogor.Parung | Depok.BojongSari KorWil : Parung | KOSPAD NRA : 0115 Jabatan : Penasehat Ahli Thunder :
Subyek: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 5:47
NAMRU-2 Alat Intelijen AS
Mengapa Siti Fadilah batal jadi Menkes lagi?
Cerita ini, tidak saya dengar langsung. Hanya berdasarkan tuturan teman yang bertandang ke rumah Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari beberapa waktu lalu.
Teman saya itu ingin mengetahui bagaimana Siti mnejalani hari-hari terakhirnya sebagai menteri. Ternyata dari obrolan dengan Siti dia mendapat informasi menarik soal hal ihwal yang menyebabkan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu tidak dipilih kembali melanjutkan jabatannya Dari mulut periset spesialis penyakit jantung ini, cerita pun bergulir.
Siti tak menyangka, presiden SBY tidak memilihnya untuk melanjutkan jabatan MENKES. Padahal, sebelumnya dia sudah ditelepon dan diyakinkan akan kembali menjadi menteri. Pihak istana memintanya membuat road map yang berisi rincian program-program kesehatan lima tahun ke depan.
Siti sumringah menerima permintaan itu. Dengan cermat dia menyusun strategi dan program lima tahun ke depan. "Rinci setiap bulannya apa yang harus dikerjakan," kata Siti yang saya kutip dari teman saya itu.
Namun perkembangan penyusunan kabinet membuat dia kecewa. Telepon dari Istana tak datang lagi. Berdebar-debar menunggu, namun tak ada kabar. Sebaliknya dia pun mengetahui, ada orang lain yang sudah menjalani audisi calon menteri kesehatan di rumah pribadi presiden, Cikeas, Bogor.
Siti masygul. Terbayang kerja keras yang sudah dilakukannya selama menjabat. Banyak waktu buat keluarga terbuang, karena dia harus kerja keras demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
"Suami saya kena Leukimia, dokter memvonis hidupnya tinggal tiga bulan lagi. Tapi di waktu tiga bulan itu pun, saya tak bisa selalu ada didekatnya," ujar Siti yang menurut teman saya, matanya sudah berkaca-kaca. Mbrebes mili, kata orang Jawa. Muhamad Supari, suaminya meninggal pada 28 Maret 2009 lalu.
Semua pengorbanan itu seolah dianggap angin lalu. Karena presiden tidak memercayainya lagi. "Sungguh enak menteri selanjutnya, tinggal melanjutkan pekerjaan saya," ujarnya.
Mengapa setelah awalnya diberi sinyal untuk melanjutkan jabatan, tiba-tiba Siti tidak dipilih? Nah inilah rahasianya, yang tidak dituangkan teman saya di suratkabarnya.
Ada kolega Siti yang memberitahu bahwa namanya tidak diinginkan Amerika Serikat. Pelobi AS, meminta nama Siti tidak dimasukkan dalam kabinet. Apa alasannya?
Kita hanya bisa menduga, karena sepak terjang Siti selama menjabat sempat mengusik kepentingan negeri Tulang Sam itu. Dia bersuara lantang menolak proyek NAMRU-2: Naval Medical Research Unit 2 yang dilakukan Angkatan Laut AS di Indonesia. Dia menegaskan keberadaan NAMRU-2 menggangu kedaulatan Indonesia.
"Saya tidak akan rela kalau di wilayah yang berdaulat ini ada penelitian tapi ada militernya, tapi kok tidak jelas. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," kata Siti yang saya kutip dari detik.com, edisi Kamis 22 Oktober 2009.
Selain itu, Siti juga keras menolak dominasi WHO terhadap Indonesia. Menurutnya lembaga tersebut justru memfasilitasi lingkaran set-an, yang menyebabkan Indonesia tetap di bawah garis kemiskinan dan standar kesehatan yang rendah.
Lembaga tersebut merestui negara-negara kaya mengambil keuntungan dengan memproduksi vaksin dari virus yang berkembang di negara berkembang. Vaksin itu dijual mahal di negara berkembang. Menurut Siti, bukan tidak mungkin negara kaya tersebut menyebarkan virus dan juga menjual penangkalnya sekaligus.
Siti menolak memberikan sampel untuk memproduksi vaksin. Dia membuat gerah WHO dan negara-negara kaya. "Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport , dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya.
Sikap tegas Siti menolak intervensi asing ditunjukkan dengan memutasi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Bio Medis dan Farmasi, BALITBANGKES Endang Rahayu Sedyaningsih. Pasalnya, Endang memberikan 12 sampel virus flu burung kepada Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Kontrol Penyakit Amerika Serikat (USCDCP). Hal itu bertentangan dengan sikap Siti yang menolak memberikan sampel karena berpandangan pemberian itu hanya menguntungkan pihak asing (Media Indonesia edisi 22 Oktober 2009).
Nah ini uniknya. Pejabat yang sudah dimutasi Siti tersebut, justru kini diangkat presiden sebagai menteri kesehatan 2009-2014. Apakah Endang titipan AS? Saya tidak tahu pasti.
Tetapi jika benar dugaan itu, maka saya juga ikut masygul. Ternyata pertimbangan posisi menteri, bukan profesionalitas melainkan restu negara adikuasa. Bisa jadi, pemilihan menteri-menteri lain, juga bukan soal pengalaman, integritas atau keahilan, tapi semata-mata pertimbangan politis. Ini tergambar, dari komposisi menteri yang tampaknya lebih kental nuansa bagi-bagi kursi ketimbang profesionalitas.
Presiden bilang dia tidak gegabah menentukan menteri kabinetnya. Ah, entah apa artinya tidak gegabah ...(vidi vici)
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:49
Siti Fadilah: Endang Larikan Virus ke LN
JAKARTA, TRIBUN - Penunjukan Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai menteri kesehatan cukup menimbulkan pertanyaan. Karirnya di depkes sempat tersandung karena Endang pernah dimutasi oleh Siti Fadilah Supari.
"Dia pernah saya mutasi karena dokter Endang membawa virus yang dilarang ke luar negeri. Dia membawa virus tanpa setahu kita. Itu ada sekitar 58 virus ke Hanoi tanpa setahu siapapun juga," kata mantan MENKES Siti Fadilah Supari kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/10).
Siti Fadilah menuturkan, kala itu Endang beralasan membawa virus untuk diteliti karena ada profesor kenalannya yang datang ke Hanoi. Namun tetap saja hal itu tidak bisa dibenarkan. "Tapi untuk saya membawa virus keluar tanpa sepengetahuan saya adalah pelanggaran," tegasnya.
Siti Fadilah mengatakan kini sudah tidak mempermasalahkan kasus ‘penyelundupan’ tersebut karena Endang sudah meminta maaf. Tapi gara-gara insiden ini Endang dilarang mengurusi virus lagi.
Ke depannya, Siti Fadilah berharap ucapan Endang kepadanya bahwa dirinya seorang nasionalis bukan isapan jempol belaka. Soal kemampuan, Siti Fadilah yakin Endang punya kemampuan untuk memimpin sebuah departemen dengan sedikit catatan soal virus. "Saya optimis dia bisa melaksanakan tugas sebagai menkes karena kemampuan identifikasi masalah, menganalisa suatu kesimpulan, merencanakan tindakan dia itu mumpuni," jelasnya.
"Yang harus saya kawal adalah policy dia terhadap H5N1 dan juga virus-virus yang lain. Kerjasama Indonesia-Amerika yang sudah saya rintis," lanjutnya.
Menurut mantan MENKES Siti Fadilah Supari, Endang merupakan orang yang paling dekat dengan Naval Medical Research Unit 2 (NAMRU-2). "Endang adalah staf saya di bagian Litbang. Dia adalah mantan pegawai NAMRU-2. Dia orang yang paling dekat dengan NAMRU," katanya.
Keberadaan NAMRU-2 sempat menjadi kontroversi. NAMRU-2 pertama kali berada di Indonesia pada tahun 1970 untuk meneliti virus-virus penyakit menular bagi kepentingan Angkatan Laut AS dan Departemen Pertahanan AS. Kontrak NAMRU-2, unit riset virus milik Angkatan Laut AS, dengan RI sudah habis sejak Januari 2000.
Namun pada praktiknya masih berlangsung kegiatan penelitian hingga 2005. Kemudian MENKES Siti Fadilah Supari langsung menghentikannya. Dia melarang seluruh rumah sakit mengirimkan sampel ke NAMRU-2 untuk diteliti. Banyak pihak mencurigai keberadaan NAMRU menjadi sarana kegiatan intelijen AS dengan berkedok riset.
Setahun setelah Menjadi Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari meminta agar izin NAMRU-2 ditutup. Barulah diakhir masa jabatannya, ,tepatnya 16 Oktober 2009, Siti Fadilah mengirimkan surat pemberhentian kerjasama Depkes dengan NAMRU-2.
NAMRU awalnya adalah lembaga riset di bawah otoritas Angkatan Laut Amerika Serikat. Lembaga ini beroperasi di Indonesia sejak tahun 1968. Awalnya, Indonesia yang meminta mereka datang untuk meneliti wabah sampar di Jawa Tengah. Ternyata manjur. Berkat rekomendasi NAMRU, wabah sampar yang merajalela berhasil dijinakkan.
Dua tahun kemudian, terjadi wabah malaria di Papua. NAMRU kembali diminta bantuannya. Bahkan kali ini kehadiran mereka diikat dalam sebuah MOU, ditanda tangani oleh Menteri Kesehatan GA Siwabessy dan Duta Besar AS, Francis Galbraith.
MOU itulah yang menjadi landasan hukum laboratorium di bawah kendali Angkatan Laut AS itu terus bercokol di Indonesia, biar pun selama puluhan tahun tidak ada lagi wabah penyakit menular; dan biar pun tuan rumah tidak lagi membutuhkan bantuannya.
Dalam MOU itu dijelaskan, tujuan kerjasama adalah untuk pencegahan, pengawasan dan diagnosis berbagai penyakit menular di Indenesia. NAMRU diberikan banyak sekali kelonggaran, terutama fasilitas kekebalan diplomatik buat semua stafnya; dan izin untuk memasuki seluruh wilayah Indonesia.
Memang ada klausul dalam MOU itu, setiap 10 tahun kerjasama tersebut dapat ditinjau kembali. Belakangan, Indonesia memang merasa tertipu oleh perjanjian yang amburadul itu. Namun semua usaha yang dilakukan untuk mengontrol NAMRU-2 tidak satu pun yang berhasil. Buktinya, selama periode tahun 2.000-2005, lembaga riset ini tetap beroperasi, kendati izinnya sudah habis. (dtc/persda network/yuli s)
Kamis, 22 Oktober 2009 http://tribunbatam.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=36178&Itemid=1096
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:52
Wawancara TV One dengan Siti Fadilah tadi malam (melalui telepon) sungguh mengejutkan. Inilah keterangan Fadilah: MENKES baru itu eselon dua, satu dari ratusan staf biasa yang bereselon dua. Tidak menjabat apa-apa selain sebagai peneliti di lab. Orang dekat NAMRU (indikasinya, di antara sekian banyak staf Depkes, yang dipercaya NAMRU untuk bisa keluar masuk Lab-nya adalah dia). Memang ada kesan Fadilah sakit hati (suaranya terdengar menahan tangis). Tetapi saya pikir amat sangat wajar kalau dia jengkel. Bawahannya diangkat menggantikan dia, bukan hanya bawahannya, tetapi orang yang ditengari dekat dengan musuhnya. Dia pasti kuatir sekali semua kebijakannya akan dihapus begitu saja. AS banyak dirugikan oleh Fadilah, dan Fadilah diganti. Betul-betul gamblang, ketertundukan SBY pada dikte AS. Saya berharap media mendorong Fadilah bercerita lebih banyak, tanpa mengarahkan pada kesan bahwa Fadilah berbicara karena sakit hati. Saya berharap media menampung suara Fadilah sebagai bagian membongkar dugaan hegemoni AS di Kabinet Indonesia Bersatu, khususnya kaitannya dengan rekam jejak Fadilah dengan NAMRU dan badan dunia lain dalam hal kedaulatan Indonesia memproduksi/ mengelola vaksin sendiri?
Lagipula, saya (dan banyak rakyat lainnya) have the right to know: Who is Endang? What is her track record or achievement so far? Why her? How did SBY decide to elect her?
Yang kedua, tolong diselidiki, apakah pemanggilan dr. Moeloek waktu itu hanya sandiwara dan basa basi, karena pastilah SBY sudah mengantungi nama Endang. Itu tidak diungkap prior to the announcement, karena kuatir dampak penolakannya yang akan menerepotkan proses penentuan Kabinet. Very very tricky. Apakah Moeloek merasa diperdayai, atau dia bagian dari skenario? Investigasi tentang ini tentu amat menarik.
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:53
"Sulit Buktikan Kalau Saya Jual Virus"
Siti meragukan nasionalisme Endang karena pernah secara diam-diam membawa virus H5N1.
VIVAnews - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari terang-terangan mengungkapkan perilaku Endang Rahayu Sedyaningsih. Siti meragukan nasionalisme Endang karena pernah secara diam-diam membawa virus H5N1 ke luar negeri. Padahal Indonesia sudah memperjuangkan soal virus sharing dan disetujui dalam sidang WHO.
Akibat perilakunya itu, Siti kemudian memutasi Endang dan menurunkan jabatannya menjadi peneliti biasa. Soal ini Endang membantahnya.
"Tidak benar. Memang sulit membuktikan kita benar. Kalau waktu itu saya dimutasi, saya terima. Kalau saya dimutasi ya saya ikuti, tidak masalah," kata Endang di rumahnya, Kompleks IKIP, Duren Tiga, Jakarta, Kamis 22 Oktober 2009.
Suami Endang, MJN Mamahit, juga mengaku sering mendengar selentingan itu di tempat kerjanya. Mamahit yang juga dokter di RS Tangerang mengabaikan suara-suara sumbang itu. "Saya biasa saja, itu tidak masalah tidak benar," kata dia.
Soal kedekatannya dengan NAMRU-2, laboratorium milik Angkatan Laut AS, Endang mengakui dia memang memiliki kedekatan, tapi tidak hanya dengan peneliti-peneliti Amerika Serikat saja. "Juga dengan teman-teman Jepang, Belanda. Saya tidak mengelak kalau dikatakan dekat dengan NAMRU. Kalau saya dekat dengan Ibu (Siti Fadilah), nanti dikira sombong," katanya.
Soal pesan Siti agar rasa nasionalismenya ditingkatkan, Endang hanya menjawab singkat. "Ya aminlah," kata dia.
Kamis, 22 Oktober 2009, 09:24 WIB Umi Kalsum, Sandy Adam Mahaputra http://politik. vivanews. com/news/read/99050-_sulit_buktikan_kalau_saya_tak_jual_virus_
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:55
Siti Fadilah Bantah Tuding MENKES Jual Virus
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari membantah telah menuding MENKES Endang Rahayu Sedyaningsih telah menjual spesimen virus H5N1 kepada lembaga penilitian kesehatan NAMRU, yang diduga milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Hal tersebut dikatakannya saat jumpa pers sesuai acara 'Serah teriima jabatan MENKES' di gedung Depkes, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/10) malam.
Para wartawan menayakan, apakah Sufari benar telah menyatakan Endang terlibat penjualan spesimen kepada pihak militer AS, lewat NAMRU. Menurut Sufari, pemberitaan yang sempat membuat panas telinga Endang, itu merupakan pelintiran para wartawan. Yang benar, virus tersebut dibawa pihak Litbang Depkes.
"Saya kira itu salah. Sudah saya terangkan tadi, bahwa virus itu tidak diperjualbelikan, tapi dibawa Jadi, tidak ada yang menyebutkan virus apapun juga ke mana-kemana. Dan saya kira itu pelintiran para wartawan. Virus tidak laku dijual," kata Siti Fadilah Supari.
Siti Fadilah Supari menegaskan, bahwa Indonesia telah menghentikan kerja sama penelitian dengan NAMRU, dan berakhir tahun ini. Ia menyerahkan kepada Endang, apakah akan melanjutkan kerjasama penelitian dengan NAMRU di sisa waktu yang ada atau tidak.
Ia menambahalkan, seharusnya kerjasama penelitian kesehatan sipil tersebut memiliki kejelasan status dan penggunaannya. "Statusnya, pengunaannya, harus jelas, siapa yang menggunakan, itu juga jelas," ungkapnya.
Menurut Endang, Indonesia akan melanjutkan kerja sama dengan pihak Amerika, namun bukan NAMRU. Kerja sama setelah NAMRU habis masanya, yakni kerja sama Dekes RI dengan Depkes Amerika, yang notabee-nya adalah sipil. "Sudah cukup jelas, kerja sama akan terus dilanjutkan dalam bentuk yang sipil, antara Depkes dengan Human and Health Services, itu Depkes-nya Amerika," kata Endang.
Terkait kedekatan diri Endang sewaktu duduk sebagai kepala Litbang Depkes, yang berkapasitas sebagai peneliti, Endang menegaskan, dirinya memang dekat dengan banyak pihak asing, termasuk NAMRU. Namun, kedekatan dirinya adalah benar-benar murni sebatas kerjasama yang berbasis profesionalitas kerja sebagai peneliti.
"Jadi, saya dekat NAMRU, saya dekat dengan Belanda, saya dekat dengan NIIJ, Jepang, China saya pun dekat. Sebagai peneliti kita memang dekat dan bekerjasama. Semua berbasis kerjasama dan profesional, " ujar Endang. (Persda Network/CR2)
Kamis, 26 Mei 2005 | 10:55 WIB http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/05/26/brk,20050526-61482,id.html
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:56
Kontrovensi pemilihan menkes memang saat ini sudah banyak dibicarakan, terutama mengenai keberadaan NAMRU, ok sekarang NAMRU sudah ditutup diganti dengan ICU tapi apakah itu bisa menjamin sudah tidak lagi kerjasama yang berbau kapitalisme seperti yang sudah sempat terjadi pada saat kasus flu burung ...
Pemilihan MENKES yang baru memang banyak yang menilai tidak rasional, titipan asing lah pesanan amerika lah ... Hal itu wajar mengingat bu endang memang satu-satunya orang depkes yang dekat dengan NAMRU, Tapi dari kandidat lainnya seperti Prof Dr. dr Nila Moeloek sp.mt yang ditolak kayaknya nama Endang memang pantas menjadi pergunjingan ... Kok bisa pejabat eselon II sudah bisa jadi menteri secara dia juga pernah diskors oleh siti fadilah supari (MENKES lama) karena terlibat dalam penelitian flu burung bersama NAMRU yang sempat mengirimkan sample virus flu burung Indonesia ke Vietnam dengan dalil PENELITIAN ...
Ketika ditanya mengenai alasan tidak memilih Nila ... SBY mengatakan bu Nila tidak tahan stress ... gila ... mungkin bgt secara dia dokter profesor lagi...secara sebagai seorang dokter spesialis dia da sering melakukan tindakan operasi ... secara juga untuk melakukan operasi bagi seorang dokter itu banyak faktor stresnya ...
Dari sini keliatanya alasanya bener2 terkesan dibuat-buat...hm seorang profesor kok g than tekanan ... khan aneh ... dan jujur aja deh mungkin inilah alasan SBY yang sebenarnya alasan SBY menujukan SBY mulai Pro Amerika.
Ada tekanan dari pihak AS. Hal ini ditunjukkan dengan kedatangan Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, ke Indonesia pada akhir Februari 2008 untuk membahas keamanan maritim. Juga, kedatangan Laksamana Timothy J Keating, Panglima Angkatan Laut AS wilayah Asia Pasifik, awal April ini. Pada 23 April 2008, kapal induk AS dari Armada Ketujuh, USSB Abraham Lincoln, berada di selatan Selat Sunda. Lalu Menteri Kesehatan AS Michael Okerlud Leavitt menyatakan AS menolak syarat Menteri Kesehatan Indonesia. Jika kesepakatan tidak tercapai, hal itu dianggap sebagai ketidakbersediaan Indonesia berpartisipasi dalam sistem influenza WHO (Koran Tempo, 28/4/2008). Inilah tekanan dari mereka kepada pemerintah Indonesia.
Bener2 yah WHO emang sudah dalam kendali AS ... ini akan sangat menyedihkan ... coz mereka bisa lebih berpihak pada Industri farmasi besar dan berpeluang besar dalam menciptakan keadaan pandemi penyakit tertentu di belahan dunia manapun demi mendongkrak keuntungan bisnis semata... korbanya yah kita2 ini negara miskin yang mereka nilai g borju g da duit buat beli obat mereka yang mahal ... walaupun sudah beralih jadi ICU tapi pemerintah harus waspada coz, melalui kerjasama ini mereka bisa saja mendikte bagsa ini ... yah kita liat aja kinerjanya kalau ketahuan siap-siap kita lemapr bata aja gan ...
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:57
Tambahan info saja.
Katanya, Dr. Siti Fadillah Supari waktu diangkat jadi MENKES th 2004, juga belum Eselon -1 loh, malah lebih rendah eselonnya dari Dr. Endang saat ini. Lagian kan banyak contoh didunia ini, orang muda bisa tampil lebih baik dari "maaf" yang lebih senior.
Bukannya Qadafi masih Kolonel hingga saat ini, terlepas dengan cara apapun, buktinya dia bisa mimipin pada jendral. Obama juga masih muda, Tony Blair juga sangat muda saat menjabat PM.
Kalo bicara Kabinet di Negri nan tercinta ini memang rada aneh. Katanya hak prerogratif presiden, tapi menteri yang dipilih ditolak sama elemen negeri, ada satu propinsi demo gara-gara gak terima karena presiden tidak melibatkan putra daerah tertentu, ada juga partai yang protes, gara-gara ada kader yang tidak dikehendaki masuk jajaran menteri. Terus ada komentar lain kaya Bpk Boni Hargen yang dari FISIP UI itu, terus komentar-komentar lain yang benada menuduh ada intervensi asing dalam susunan kabinet,, antek-nya, agen-nya OM Sam dll. Kita biarkan saja lah SBY membuktikan bahwa pilihannya tidak salah.
Subyek: Re: LENSA: NAMRU-2 Alat Intelijen AS di Indonesia: KontroVersi MENKES RI 29.10.09 6:58
Kasihan Siti Fadilah ...
Rupanya dia mendapat tekanan berat dari pihak-pihak tertentu, setelah membuka aib MENKES yang baru.
Sebetulnya tidak penting betul, apakah Endang menjual virus itu atau tidak. Fakta yang tak pernah dibantah adalah Endang membawa virus ke luar negeri tanpa izin Menteri Kesehatan, yang notabene adalah atasannya. Padahal saat itu kebijakan MENKES Siti Fadilah dan Pemerintah RI adalah tidak menyerahkan contoh virus manapun (khususnya virus flu burung) ke pihak luar (PBB), sampai ada kejelasan mekanisme yang fair dan bisa dipertanggungjawabkan tentang penanganan virus tersebut.
Karena tindakan "menyelundupkan virus ke luar negeri" itulah, maka Endang dihukum dengan dimutasi oleh Siti Fadilah. Saat itu Endang jelas melanggar aturan MENKES (baca: aturan pemerintah RI).
Apakah Endang mau menjual virus itu ke pihak asing (baca: perusahaan Amerika atau pemerintah Amerika atau CIA atau siapapun juga) atau menyerahkan secara gratis, itu soal lain lagi. Itu hanya akan menjelaskan motif tindakan, yang tetap tak bisa dibenarkan.
Jika dijual, artinya bermotif komersial (cari untung). Jika diserahkan gratis, berarti ada pemihakan tertentu terhadap pihak yang diberi virus tersebut (ini malah lebih gawat lagi, karena Endang bisa dianggap tega mengalahkan kepentingan Pemerintah RI dan negaranya demi kepentingan pihak asing tertentu).
Kalau dibilang virus itu tidak laku dijual, tidak tepat juga. Fakta bahwa dikirim atau tidak dikirimnya virus itu jadi persoalan dan polemik internasional, berarti virus itu sesuatu yang berharga. Bisa dikembangkan untuk dicari vaksinnya dan lalu dijual ke pasar internasional (ke negara-negara berkembang) dengan keuntungan jutaan dollar. Juga virus itu berpotensi dikembangkan jadi senjata biologis atau senjata pemusnah massal (kalau soal ini, AS yang paling jago).
NB: Singkatnya, SBY telah memilih MENKES baru, yang pernah dihukum atasannya karena melanggar aturan Depkes/Pemerintah RI soal pengiriman virus ke pihak luar. Mengenai apa pertimbangan SBY ketika memutuskan hal itu, kirim saja pertanyaan Anda via SMS ke nomor HP resmi SBY: 9949. Semoga nanti Anda tidak disatroni Densus 88.