BERHUTANG ? BOLEH AJA ASAL KONSEKWENSI BAYAR NYA.... !

SALAM KOSTER :koster:

Tulisan saya kali ini berdasarkan kisah seorang teman saya, mantan
teman satu kantor, yang setiap hari tidak tenang karena mendapat
telephone dari berbagai macam bank untuk menagih kartu kreditnya karena
telat membayar dan over limit. Dan dia selalu menghindar dan sedikit
menyusahkan teman disekitarnya untuk dapat berbohong kepada penagih
utang dari bank berbeda, saya pun pernah kena marah dari debt collector
yang menagih pembayaran kartu kredit dari suatu bank, dan saya pernah
kena bentak dan kena marah dari debt collector, sehingga saya
terpancing emosi dan saya marah kembali.

Kondisi keuangan seseorang tergantung bagaimana seseorang mengelola
pendapatan dan pengeluran. Suatu rumus dasar dalam persamaan akuntansi
Kekayaan=utang + modal, jadi utang adalah diakui sebagai kekayaan kita,
tetapi biasanya buntut dari suatu utang kita memiliki kewajiban
pengembalian plus suatu nilai yang harus kita bayar atas biaya yang
kita bayarkan.

Dalam ulasan saya sebelumnya mengenai
filosofi menabung, begitu susah manusia mengerem kebiasaanya untuk
berbelanja, sehingga tidak ada dana yang dikeluarkan untuk menabung.
Karena manusia di karunia suatu hasrat dan keinginan, maka terkadang
manusia sering lupa diri untuk memenuhi hasrat dan keinginan tersebut,
walau terkadang tidak sesuai dengan keadaanya. Sehingga antara
pengeluran dan pendapatan sering lebih besar pasak dari pada tiang,
sehingga menimbulkan Defisit, dan untuk menutup deficit akan muncullah
hutang.

Mungkin suatu saat kita menginginkan sesuatu tetapi dana belum
tersedia, missal saya menginginkan suatu Handphone keluaran baru dengan
fitur yang lebih baik, dengan harga 100 rupiah, sedangkan pendapatan
saya hanya 30 Rupiah, karena factor keinginan dan gengsi yang harus
dituruti untuk memiliki nya saya mempunyai dua pilihan.

Pertama saya akan berhutang /kredit dengan pembayaran dicicil
selama 5 kali, @ Rp 20 + bunga 2,5 rupiah. Berarti total yang saya
bayar RP 102, 5 rupiah dalam waktu lima kali. Dengan resiko ketika
jangka waktu pembayaran 5 x telah selesai nilai dari Hp Tersebut
tinggal Rp 90, karena nilai suatu barang akan menurun seiring waktu
pemakaian. Dan cara kedua saya dengan sabar saya akan mengumpulkan uang
dalam waktu 5 x sebesar Rp 20 sehingga terkumpul dana Rp 100 dan saya
belikan Hp tersebut dimana nilai Hp tersebut telah menurun sebesar Rp
90, jadi saya memiliki uang sisa sebesar Rp 10, dan tidak ada biaya
yang saya keluarkan.

Menurut anda mana yang lebih menguntungkan apakah anda mengambil
hutang dengan biaya yang anda keluarkan Rp 102,5 atau cukup anda
membayar RP 90 untuk suatu benda yang sama. Saya yakin kita sepakat
cara kedua yang lebih murah. Dan anda akan pilih. Tetapi kenyataan akan
berbeda di lapangan Justru anda akan mengambil yang pertama. Kenapa,
karena pada umumnya manusia bersifat tidak sabar, dorongan lingkungan
dan gaya hidup, gengsi, kemudahan mengambil hutang dari pihak-pihak
yang memberi, iklan, iming-iming hadiah dan sebagainya.

Jika untuk satu barang konsumtif anda rugi sebesar 10,25 bagaimana
jika anda memiliki 10 kebutuhan , maka kerugian anda sebesar Rp102,5,
wow jumlah fantastis yang harus anda bayar begitu tinggi. Begitulah
rata-rata gaya konsumtif membuat kita membayar lebih atas kebutuhan
kita. Apa hasilnya kita akan terlilit utang yang besar jika kita penuhi
semua keinginan kita, dan pihak yang memberi kemudahan hutang akan
menangguk keuntungan yang luar biasa.

Dan hasil kerja keras kita, banting tulang siang-malam akan jadi
sia-sia kita hanya menambah kekayaan pemberi hutang, Kita hanya jadi
sumber uang pihak-pihak yang memberi kemudahan dengan syarat ada
tambahan pembayaran. Walau pun dengan berbagai bentuk dan nama, hutang
adalah hutang, dimana kita wajib melunasi, di dalam agama, jika kita
meninggal dan kita memiliki hutang maka sebaiknya menjadi tanggung
jawab ahli waris kita. Pertanyaan saya tidak malukah kita mewariskan
hutang…

Maka kalau saya boleh menyarankan, coba kendalikan keinginan anda,
dan hanya penuhi kebutuhan anda. Membedakan keinginan dan kebutuhan,
coba tahan beberapa waktu keingian anda bila masih terdapat keinginan
bisa berindikasi itu adalah suatu kebutuhan. Suatu kebutuhan jika kita
tidak memenuhi akan mempengaruhi kualitas hidup kita.

Saya heran kenapa saat ini semua orang berlomba memamerkan sesuatu
kebendaaan yang dimiliki, tidak peduli bagaimana cara mendapatkanya,
apakah itu dengan cara berhutang atau dengan cara menabung, bahkan
dengan cara yang kurang terpuji, dengan mencuri, merampok, Korupsi,
merampas, menipu. Ketika saya melihat kakek saya di meninggal tidak ada
semua kebendaan yang dibawa ikut dikubur semua ditinggal didunia.

Saya hanya coba mengajak semua sahabat termaksud diri saya sendiri
yang banyak khilaf, mengapa kita harus mengorbankan diri untuk
berhutang hanya untuk suatu gaya hidup sesaat, suatu yang kita kejar
adalah suatu penilaian manusia yang bersifat relative. Kita rela
membayar biaya hutang yang besar terkadang kita harus mengorbankn
harkat dan martabat sebagai manusia, mengapa, saat kita ditagih utang
oleh pihak-pihak tertentu sering kita marah, sering terjadi
pertengkaran, kata-kata yang tidak layak dikeluarkan akan keluar semua.

Marilah hidup sederhana, dan mengutip kata bapak proklamator Bapak
Sukarno, mari Berdiri diatas kaki sendiri, coba kita galakan untuk
dapat menabung, berinvestasi, kurangi kegiatan konsuntif, dan mengejar
harta dunia.

Hanya cerita, Jujur saya sering bersedih saat ini semua orang
Indonesia banyak yang larut berlomba mengunpulkan harta dunia dengan
cara tidak halal pejabat semua berlomba korupsi, birokrat jadi tukang
sunat, semua terjadi secara terang-terangan disemua aspek hokum,
Kemanusiaan, kesehatan, Pendidikan. Padahal semua yang menjabat adalah
orang yang pintar dan bergelar, semua orang hebat tetapi semua berlomba
menjadi kaya. Semoga allah membukakan hati mereka. lebih baik kita menabung dari pada kita berhutang

JIka tulisan ini terdapat kata-kata yang tidak berkenan saya
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Jika terdapat saran, kritik, dan
masukan, harap langsung ditujukan ke gerry.garsono@suzuki-thunder.net
"Hutang adalah suatu harta bersyarat dan memiliki kewajiban untuk diselesaikan"

"Biaya yang timbul dari hutang atau kredit lebih besar dari pada nilai benda yang kita beli dari sebuah hutang"

"Berdiri diatas kaki sendiri, dan hidup sederhana lebih damai disbanding hidup kaya raya penuh hutang "

Terilhami pengalaman rekan mantan satu kantor ku, dan keinginan hati untuk tidak memiliki hutang.

BRAVO KOSTER !

Bro Gerry memang benar bro apa yang ditulis, tapi untuk tidak berhutang sama sekali bagi saya kayanya nggak mungkin deh. Dengan situasi perekonomian yang seperti sekarang hanya orang orang hebat kalau yang tidak berhutang sama sekali. Saya sendiri sampai saat ini masih berhutang cuma saya coba untuk memanage hutang hutang saya agar jangan sampai overtime dan overload ;kalau nggak saya nggak mungkin mencukupi biaya hidup, jaman sekarang untuk hidup pas saja susah, perhitungan saya semua hutang harus terbayar pada saat gaji 13. Dan seumur umur saya tidak pernah menggunakan atau pakai kartu kredit, Biasanya saya pinjam ke
1. Perusahaan ( tidak ada bunga ) cicilan bisa seminim mungkin jumlahnya dan semaksimal mungkin waktunya, alternatif kedua koperasi (bunganya ringan).Taoi jumlah/besaran pinjaman dibatasi.
2. Koperasi besaran tidak dibatasi tergantung berapa lama jadi anggota dan berapa besar simpanan kita, cuman ada jaminan.

Itu kalau saya lho Bro, yah sekedar sharing boleh kan.

Saya setuju Om Gerr....

Sekedar komentar, hutang kecil maupun hutang besar adalah tetap hutang, beban hutang sampai akhirat nanti tidak bisa dihapus dengan istigfar minta ampunan pada Allah sampai nangis2 air mata darah & nanah, tetep aja gak akan terhapus beban itu selain dengan cara menyelesaikannya langsung dengan yang memberikan pinjaman.

Terkadang seseorang dikala ditagih utang sikapnya jauh berbeda dengan sewaktu dia membujuk untuk berhutang. Malahan yang memberi hutang jadi dimarah2i & dimusuhi karena menagih haknya untuk mendapatkan kembali harta yang dipinjamkannya. Kadang si peng-hutang merasa lega bila telah berhasil sembunyi atau lari atau menghilang dari bayang2 orang yang memberinya pinjaman, dia tak sadar bahwa kondisi ini sebetulnya berbahaya bagi keselamatan rohaninya, karena ketidak ikhlasan sang pemberi hutang (yang statusnya dizolimi) akan menjadi bumerang yang berbahaya.

Rasul bersabda : Ittaqi da'wata madzluum, fainna laysa baynahu wa baynallohi hijaab
Takutlah akan do'a/firasat nya orang yang sedang dizolimi, karena tidak ada yang menghambat antara dia dengan Allah swt (saat dia dizolimi)

Sebaliknya, pemberi hutang tidak seyogyanya membungakan pinjaman yang diberikannya, karena itu adalah RIBA. Pemberi hutang berhak menagih haknya atau mendapatkan kembali sejumlah harta yang dipinjamkannya jika sudah jatuh tempo untuk pengembalian hutang atau berhak juga meng-ikhlashkannya.

Hati2 dengan berhutang, sebisa mungkin hindari berhutang, silahkan berhutang jika sudah kepepet tapi membayarnya sesuai waktu yang dijanjikan (walaupun dengan cara menjual barang2 miliknya untuk membayar hutang tsb) adalah wajib dan berpahala.

SALAM KOSTER

Untung saya cuma hutang cinta ama Dian sastro..
itu juga saya udah susah untuk ngelunasinnya...

Rendy 133 wrote:

SALAM KOSTER

Untung saya cuma hutang cinta ama Dian sastro..
itu juga saya udah susah untuk ngelunasinnya...

halaah....loe mah belum lunas utang budi ama gwe, hekekekekek...kididing deng, bro rendy mah buaeeeeee bangets, hee...

Luna Maya utang ciuman ama gue belom dibayar neh ampe sekarang....huehehe

:diciumbayi:


anyway, ane setuju n sependapat sama artikelnya kang Gerry....

042 wrote:

Luna Maya utang ciuman ama gue belom dibayar neh ampe sekarang....huehehe

:diciumbayi:


anyway, ane setuju n sependapat sama artikelnya kang Gerry....

OOT :
min kayaknya ente ngefans banget ya sama LUna Maya, sampe ber-fantasy setinggi itu sama dia....
Berhubung loe temen gwe, ok deh gw ikhlasin, gwe lepas tuh cewek gwe Luna Maya buat loe....(tapi itupun kalo dia mau lohh, heee)

SAYA PRIBADI SETUJU DG ARTIKEL BRO GERY , DENGAN PENGHASILAN YG PAS2AN SAYA BERUSAHA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP DGN CARA APAPUN (YANG HALAL) , SAYA JUGA BERUSAHA UNTUK MEMENUHI TANGGUNG JAWAB SAYA UNTUK MENYELESAIKANNYA, ..SO THANKS BRO GER ATAS PENCERAHANNYA...

Do'a agar terhindar dari lilitan hutang yang diajarkan Rasulullah saw, semoga Allah swt menolong kita untuk menyelesaikan hutang piutang kita, amiin :

ALLAHUMMA INNI A'UDZUBIKA MIN GHOLABATIDDAYNI WA MIN QOHRIRRIJAAL
YA ALLAH AKU BERLINDUNG KEPADA-MU DARI LILITAN HUTANG DAN DARI PENGARUH KEKUASAAN SESEORANG ATAS KU

Thanks Bro Ger atas ulasannya...
Menghindari BERHUTANG adalah contoh dan ajaran dari ayahanda saya tercinta...jadi sekuat tenaga sy upayakan menerapkannya untuk tidak berhutang, utk keperluan apapun.
Sering ditawarin membuat Credit Card yg notabene sarana utk berhutang tp selalu sy tolak...
Walau akhirnya saat ini sy pakai CC tp tetap saja menggunakan pola hutang sesaat...bayar pake CC tp pas tagihan dtg lgs lunasin... jd walau klo belanja pake CC tetep aja perhitungan, saat ditagih sy mampu bayar lunas atau gak...

Belilah sesuatu sebatas kemampuan finansial anda dan jika finansial anda tidak cukup...menabunglah dan tunggu hingga cukup mampu utk membeli.

Hidup Bro Gerry !!!

BTW, dalam agama Islam, Allah tak melarang melakukan hutang-piutang, tapi diatur, sebagaimana dipaparkan dalam surah 2, Al-Baqarah. Pertama dari semua adalah bahwa hurang-piutang utk harus dengan persetujuan dua pihak dan "tercatat", dan dianjurkan dengan saksi-saksi.

Allah sendiri adalah pemberi hutang, yg dalam istilah keuangan adalah kreditor, dan kita semua adalah penerima piutang, alias debitor. Krn itu ada yg Allah sebut sbg "hisaab", yg dlm bhs keuangan adalah "audit" alias perhitungan akuntansi neraca keseimbangan debit-kredit atau hutang-piutang", dan ada "pembukuan" alias akunting yg dicatat mala`ikat. Dan Allah menetapkan "husban" alias perhitungan neraca (balance) atau saldo dan laba-rugi.

Lebih jauh tentang hutang-piutang kita dengan Allah mungkin akan lebih jelas bila nanti sy kupas dlm majlis ta'lim pengajian KOSTER.

. . .

thanks om ger atas pencerahannya...