Hampir semua motor jenis bebek atau skubek,
penyinaran lampu utamanya tidak stabil. Cahayanya tergantung putaran
mesin. Makin tinggi putaran mesin, kian terang sorotannya. Bisa begitu
lantaran pakai sistem semi-DC, yakni kabel keluar dari sepul terbagi
jadi 3 bagian. Masing-masing ke massa, lampu dan aki.
Sistem penerangannya diambil langsung dari sepul. Sehingga, nyala
lampu mengikuti naik-turun putaran (rpm) mesin.
Beda dengan jenis sport, banyak yang mengaplikasi full DC. Kabel
dari sepul keluar hanya dua dan semuanya masuk ke regulator pengisian.
Makanya, sekalipun mesin mati, asal kontak masih “ON” lampu tetap
menyala karena arus listrik untuk lampu diambil langsung dari aki.
“Secara safety, di jalan jelek malam hari dengan rpm rendah, lampu tetap
terang,” tegas Arthur Wulur, punggawa bengkel VRT di Bintaro, Jakarta
Selatan.
Cara seperti di motor sport pernah dipraktikkan pada bebek dan
skubek, tapi muncul keluhan, aki jadi tekor.”Karena tidak mengubah
sistem kerja pada sepul dan regulator,” ungkap Sinyo, Arthur biasa
disapa. Ia pun coba mendesian regulator sendiri dan sudah dipakai pada
banyak bebek, hasilnya tidak ada masalah.
Jadi, di sini Sinyo mengubah pengapian dari semi-DC menjadi full DC.
“Ditambah ubahan pada sepul agar lebih banyak menopang kebutuhan
regulator,” papar Sinyo. Dan sepul mau kuat supportnya ke regulator,
diameter kawat gulungannya diubah dari 1 mm menjadi 1,5 mm atau lebih.
Logikanya, aki diibaratkan bak mandi, sedang regulator jadi keran
yang menyuplai air ke bak. Sementara cahaya ibarat gayung yang menimba
air. Jadi, jika kucuran airnya deras, digayung banyaknya, cadangan air
tak bakalan habis.
Dengan model full DC, kata Sinyo, selain lampu jadi stabil, kebutuhan
arus listrik ke CDI juga makin stabil. “Banyak yang ngomong motor jadi
tambah enak, meski CDI nggak diganti,” bangga Sinyo yang menjual satu
paket regulator bikinannya plus sepul seharga Rp 350 ribu. Yang ingin
membeli atau mengubah lampu motor bisa mkontak Sinyo di (021) 99534907.
Sumber