KORBAN BUKU ATAU SALAH KAPRAH? ... KOMENTATOR ARTIKEL "CERMIN"
Sudah baca tulisan saya berjudul "CERMIN"? Jika belum, silahkan baca sampai tuntas, dalam forum ini, dalam topik: CERMIN.
Pada artikel tersebut, di daftar kepustakaan banyak buku yang baik untuk dibaca, untuk pengembangan kepribadian, meningkatkan rasa percaya diri dan keyakinan dalam bertindak, cara efektiv berurusan dengan orang lain. dan strategi bagaimana meraih sukses. Buku-buku seperti itu akhir-akhir ini sangat diminati banyak orang, terutama kamu muda yang lagi meniti karir, khususnya para eksekutiv muda, atau mereka yang ingin beralih profesi dari pegawai jadi pengusaha.
Banyak orang ingin sukses, terutama sukses secara finansial, banyak uang alias kaya. Begitu ada peluang yang sangat menjanjikan dan tampak mudah, maka berbondong-bondonglah orang kesana dengan mengikuti segala petunjuk dan panduan dan rambu-rambunya.
Ambillah contoh, ketika bisnis "MLM (Multi Level Marketing)" mulai diperkenalkan di Indonesia, seperti "Network 21" yang menjual produk "AmWay (American Way)" misalnya. Begitu banyak orang mencoba mengikuti jejak sang "Diamond". Salah-satu distributor Network 21, pertama-kali mengontak saya pada 1989 melalui surat pos dari Australia. Tapi AmWay baru dikenal masyarakat Indonesia sekitar 1995an. Presentasi para distributor (up-line) memukau banyak orang awam yang lugu dalam masalah bisnis, yang tanpa pikir panjang segera berinvestasi dan menjadi anggota (down-line).
Bisnis MLM, umumnya mewajibkan para anggotanya mendengar cassette, membaca buku-buku pengembangan kepribadian, dan menghadiri pertemuan rutin, dan melakukan presentasi. Maka buku-buku seperti karangan Dale Carnegie: "How to Win Friends and Influence People", David J. Schwartz: "The Magic of Thinking Success", Les Giblin; "How to Have Confidence and Power in Dealing With People", Florence Littauer: "Personality Plus", dan sejenisnya pun laku seperti kacang-goreng. Rata-rata edisi pertama terjual diatas satu juta eksemplar, dan pada edisi ketiga ada yang mencapai lebih 100 juta eksemplar. Maka di Jakarta pun berdiri pula cabang "Dale Carnegie Institute" [yang meminta saya untuk merancang sistem basisdata dan sistem informasi pendidikannya di Indonesia], mengikuti jejak rekannya yang lebih dulu bercokol di negeri ini pada 1980an, lembaga pengembangan kepribadian "John Robert Powers"
Begitu pula ketika buku Robert T. Kiyosaki: "Rich Dad, Poor Dad" dan "The CashFlow Quadrant" menjadi best seller atau salah satu buku terlaris di dunia, banyak orang mencoba menjadi investor, tapi dengan cara yang sangat lugu atau barangkali lucu. Di Indonesia, demam Kiyosaki pun mewabah, dan sang pengarang pun diundang ke Jakarta (2005). Seminar Robert T. Kiyosaki yang bertiket jutaan Rupiah itu pun penuh sesak dengan para peminat yang ingin jadi orang kaya dalam waktu singkat. Dan bisa diramalkan sekolah "The CasfLow Quadrant" tak lama lagi akan hadir di Jakarta, mengikuti sukses 40 lebih sekolah Kiyosaki di berbagai negara di seluruh dunia.
Apa kata Robert T. Kiyosaki tentang sekolah dan pendidikan? "Era Industri telah berakhir bersamaan dengan runtuhnya tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Kita sekarang telah memasuki Era Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Era Globalisasi. Sekolah Era Industri mengajar kita menjadi orang pandai dan profesional di bidangnya, seperti insinyur misalnya, dan lain sebagainya, tapi sekolah sedemikian tak pernah mengajar kita menjadi orang kaya dan pengusaha. Sebagian besar lulusannya hidup dengan kredit bank dan dengan beban hutang seumur hidup. Sekolah sedemikian tak begitu diperlukan lagi di masa sekarang, karena sekarang teknologi telah mengubah semuanya menjadi begitu mudah. Yang dibutuhkan sekarang adalah sekolah Era Teknologi Informasi dan Komunikasi Global dan sekolah yang mengajar orang bagaimana menjadi pengusaha kaya."
Siapa yang tak ingin sukses dan kaya? Orang normal pasti mengatakan "ya, saya ingin sukses dan kaya!" Tapi pernahkah kebanyakan orang berpikir bahwa "Jalan Menuju Kejayaan Tak Bertaburan Bunga, Tapi Penuh Onak dan Duri". Kebanyakan orang hanya melihat seseorang ketika ia telah sukses dan terkenal. Tapi mereka tak melihat kebelakang, lama sebelum seseorang sukses, betapa susah-payah, menderita, dan bahkan juga mungkin terhina. Seandainya mereka mengetahui betapa besar pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, perasaan, gengsi, bahkan juga mungkin harga-diri, dan sudah tentu dana, yang telah dikeluarkan sesorang untuk menjadi sukses, barangkali tak semua orang mau atau sanggup menjalaninya.
Untuk memperoleh uang yang banyak, orang harus bisa menjual sesuatu produk, apakah barang ataukah jasa, dalam kuantitas cukup besar, apakah sekaligus ataukah tahap demi tahap, dan berkesinambungan atau ada kontinuitas. Untuk itu orang harus memiliki kemampuan memasarkan dan menjual produk, dan itu tidak mudah, karena sebelumnya orang harus memiliki kemampuan memasarkan dan menjual diri sendiri, bukan berarti menjual kehormatan atau melacur, tapi bagaimana membuat orang lain tertarik dan berminat atau mau bekerjasama dan membeli sesuatu yang ditawarkan. Transaksi keuangan terjadi hanya jika si penjual dan si pembeli merasa sama-sama untung (win-win).
Disini, saya tak ingin mengulas pajang-lebar tentang teknik pemasaran dan pejualan disini, anda bisa membacanya di buku atau mengikuti kursus. Pada intinya, langkah awal untuk berhasil, orang harus menekankah slogan bahwa "everybody is a sales person" (tiap-orang adalah pramuniaga). Profesi pramuniaga adalah jenjang karir menjadi wiraniaga atau wirausaha alias pengusaha. Berasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Harvard University, sembilan-puluh persen presiden direktur perusahaan raksasa dan sukses di dunia memulai karirnya sebagai "salesman."
Kalau anda tak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, menyenangkan hati orang lain, membujuk orang, meyakinkan orang, mempresentasikan sesuatu sehingga orang tertarik, bernegosiasi dengan orang, dst, ..., anda belum bisa jadi "salesman". Tapi jika anda bisa berhasil sebagai seorang penjual polis asuransi, saya percaya bahwa anda akan bisa menjual apa saja. Jika anda tak mau berhasil sebagai seorang pramuniaga, maka sebaiknya anda lupakan saja keinginan anda menjadi seorang pengusaha kaya.
Jika anda pernah membaca KOMPAS Minggu, 3 Juli 2005, pada rubrik psikologi, kebetulan ada kasus seperti diatas. Jika anda belum membaca, anda bisa membacanya pada KOMPAS on-line. Untuk kemudahan anda, saya poskan disini kutipan rubrik tesebut, sebagaimana pada pos berikut.
... ... ...
Thunder.Rider Admin | WebMaster
Poin Brogader : 8265 Total Posan : 252 Sejak : 07.12.07 Domisili : Parung.Bogor | BojongSari.Depok KorWil : Parung | KOSPAD NRA : 0115 Jabatan : Penasehat Ahli Thunder :
Subyek: Re: PERILAKU: Apa Yang Salah??? 21.02.08 5:32
KONSULTASI PSIKOLOGI - KOMPAS Minggu, 3 Juli 2005
MENGAPA BELUM SUKSES?
Oleh: Leila Ch Budiman
TANYA: Apa yang salah dengan buku itu? - ZZ di At.
Halo Ibu Leila, saya telah membaca cukup banyak buku bidang self-development ke arah kesuksesan hidup. Kata orang, kalau membaca buku tertentu dan menghayatinya, maka akan berdampak positif terhadap perubahan sikap mental kita. Buku-buku yang pernah saya baca adalah:
The Power of Positif Thinking (Norman V Peale), The Magic of Thinking Big (Dr Swarch), The Seven Habits of Highly Effective People (Stephen R Covey), Unlimited Power (Anthony Robins), The Road Less Traveled (nama pengarang lupa), Learned Optimism (Martin Seligman), How- to Win Friends and Influence People (Dale Carnegie), Mindfulness (Eiier J Langer). Man's Search For Meaning (T ictor Frankl), See You at the Top (Zig Ziglar), Emotional Intelligence (pengarang lupa), Spiritual Intelligence (tertarik tetapi belum membaca serius), The Sane Society (Erich Fromm), buku tentang Neuro Linguistic Programming: NLP at Work & NLP Solution (Sue Knight), Human Elements (pengarang lupa), Neurosis and Human Growth (Karen Horney), Man for Himself (Erich Fromm), Psycho Cybernetic (Maxwell Maltz), dan Choice Theory (William Glasser).
Satu pertanyaan sangat mendasar adalah mengapa setelah membaca buku-buku tersebut saya belum sukses? Apa yang salah dengan buku tersebut?
Menurut Ibu Leila, sebenarnya perubahan sikap mental seseorang lebih banyak ditentukan "pilihan" kita sendiri (choice theory) atau oleh "pengaruh dari luar" (control theory)?
Dalam keadaan sehari-hari banyak pelanggaran norma hukum atau etika di masyarakat yang sering kali dilandasi faktor "pleasure principles", yaitu teori yang pernah dipopulerkan Sigmund Freud. Di sisi lain, banyak yang tidak setuju dengan pleasure dan pain principle karena terlalu sederhana dan tidak ilmiah. 5ebaliknya faktor kognitif lebih banyak memegang peran dalam membentuk mentalitas. Menurut Ibu, mana teori yang benar. Dan dapatkah Ibu memberi saran tentang buku self-development yang terbaik, yang dapat mengubah sikap mental dan kehidupan kita ke arah sukses?
JAWAB: Bung ZZ yang baik,
Menarik sekali pertanyaan Anda, setelah membaca banyak buku pengembangan pribadi mengapa belum sukses, apa yang salah dengan buku-buku itu? Padahal, banyak di antaranya hasil pengamatan sangat cermat dan hasil penelitian ilmiah puluhan tahun para ahii dalam bidangnya. Hanya 20 persen saja orang yang maju dan sukses, yaitu yang gigih terus memperbaiki usahanya, sampai berhasil.
Saya jadi teringat pada problem yang dihadapi banyak ibu, termasuk saya, yang mempunyai setumpuk buku resep canggih dari berbagai daerah dan negara, tetapi yang dimasak di rumah hanya itu-itu saja. Sangat sedikit yang mau mencoba resep itu sampai berhasil disajikan ke meja makan dan lebih sedikit lagi yang dapat menghasilkan uang. Namun, ada orang yang hanya mempunyai satu atau dua resep saja, tetapi dapat hidup dari situ. Misalnya, Ibu Wati di Salatiga yang hanya menjual "ayam bakar kecap" dengan minuman ala kadarnya, semula dijual di tenda, sekarang sudah menjadi restoran bertingkat.
Dari buku-buku yang Anda baca, banyak yang dapat memanfaatkannya dengan baik. Hasil penelitian Sigmund Freud yang puluhan jilid itu sudah menjadi dasar psikiatri modern dan berhasil menyembuhkan banyak penderita neurose dan sakit mental.
Para orangtua dapat memetik manfaat berharga dari buku "Emotional Intelligence", antara lain dari Daniel Goleman, yang menyadarkan pentingnya kematangan emosional, selain kecerdasan, agar putra-putri mereka lebih berhasil dalam hidup. Goleman melihat bagaimana seorang siswa cerdas yang selalu mendapatkan angka A akhirnya bunuh diri ketika mendapatkan angka B.
Prof Martin Seligman (Presiden American Psychological Association sejak tahun 1996) dengan gerakan positive psychology-nya berusaha merangsang berbagai penelitian untuk lebih menyukseskan dan membahagiakan orang sehingga di Amerika akhir-akhir ini lebih semarak terbitan berbagai buku pengembangan diri.
Kembali pada pertanyaan Anda, sebenarnya cukup banyak yang bernasib sama dengan Anda. Stephen Covey telah mengamati dengan jeli apa dan bagaimana sikap orang yang sangat berhasil dan menjelaskan dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People. Mereka tidak pasif menunggu, tetapi aktif berusaha dengan gigih meraih tujuannya. Covey sudah.
Mungkin ada benarnya hukum Pareto: 80-20. Hanya 20 persen saja orang yang maju dan sukses, yaitu yang gigih terus memperbaiki usahanya, sampai berhasil. Yang 80 persen hasilnya begitu-begitu saja sebab mereka segan mencoba, pasif, cepat menyerah kalau sukar, dan menyimpan kembali buku-bukunya! Saya kira meski ditambah setumpuk buku lagi hasilnya akan sama saja atau malah jadi semakin bingung. Jadi yang lebih penting adalah orangnya. Bukankah Doug Hooper mengatakan, "You are what you think".
Secara sederhana beberapa ahli pengembangan diri menyarankan:
Mulailah dengan memikirkan apa yang Anda ingin capai dalam hidup. Tulislah dalam secarik kertas.
Pilih di antara sekian banyak keinginan itu yang paling realistis dan paling ingin Anda capai.
Lihatlah model riil dalam kehidupan sebenarnya. Jangan silau dengan apa yang sudah dicapainya, tetapi teliti secermatnya bagaimana dulu perjuangannya dari nol:
Atur strategi mencapai keinginan Anda, tingkat demi 'tingkat, dari hari ke hari, bulan dan tahun. Rencana ini perlu sebab perencanaan seakan membawa hari depan ke sekarang dan masih bisa diutak-atik. Jangan lupa tetap menuliskan apa saja di kertas. Think On Paper bilang Brian Tracy dalam bukunya Eat that Frog (2001). Akhirnya pilihlah strategi yang paling canggih dan mendesak.
Kerjakanlah!
Kalau meleset dan gagal, perbaiki strategi dan maju lagi.
Selamat berjuang dan berkembang!
Hanya 20 persen saja orang yang maju dan sukses, yaitu yang gigih terus memperbaiki usahanya, sampai berhasil.
Thunder.Rider Admin | WebMaster
Poin Brogader : 8265 Total Posan : 252 Sejak : 07.12.07 Domisili : Parung.Bogor | BojongSari.Depok KorWil : Parung | KOSPAD NRA : 0115 Jabatan : Penasehat Ahli Thunder :
Subyek: Re: PERILAKU: Apa Yang Salah??? 21.02.08 5:35
KUNCI KESUKSESAN ANDA ... ... ...
Tak ada masa depan dalam pekerjaan apapun. Masa depan tak terletak pada apa pekerjaannya tapi dalam genggaman tangan orang yang memegangnya.
George W. Crane
Pengalaman menunjukkan bahwa sukses tak selalu bergantung pada kemampuan dibandingkan dengan pada semangat. Pemenang adalah orang yang memberikan kepada pekerjaannya raga dan jiwanya.
Charles Buxton
Tak ada jalan menuju kejayaan yang bertaburan dengan bunga. Bahkan jalan menuju surga dihadang pasukan syetan.
Orang termiskin dan termalang di dunia adalah orang yang tak punya impian, harapan, semangat, dan keyakinan.
Rencanakan, tentukan dan putuskan apa yang ada inginkan, dan tetapkan apa yang ingin anda pertukarkan untuk itu. Tegaskan prioritas anda dan mulailah bekerja.
H.L. Hunt
Kenikmatan paling besar dalam kehidupan adalah melakukan apa yang dikatakan orang tak bisa anda lakukan.
Walter Bagehot
Curahkan dan pusatkanlah seluruh pemikiran anda pada apa yang tengah anda hadapi. Sinar mentari tak akan membakar kalau tak difokuskan.
Alexander Graham Bell
Sukses yang lengkap tak dibeli sekaligus pada satu saat, melainkan dengan rencana angsuran.
Fraternal Monitor
Jenius adalah satu persen inspirasi dan sembilan-puluh sembilan persen keringat.
Thomas Alva Edison
Sepatu yang mengkilap adalah karena digosok tiap hari.
Orang besar hanyalah orang kecil yang terus-menerus berusaha.
Christoper Morlley
Untuk menempuh perjalanan panjang dan sulit kita hanya perlu membuat satu langkah setiap kali dan terus melangkah. Bukahkan sedikit tapi sering menjadi banyak
Teruslah mendaki. Hanya dari lembah saja gunung kelihatan tinggi.
Uruslah menit-menit, karena jam-jam akan mengurus dirinya sendiri.
Lord Chesterfiedl
You are the source of your problems and you are the key of your solutions and of your success.
EE ONE S
... ... ...
bash LETDA KOSTER
Poin Brogader : 6426 Total Posan : 411 Sejak : 11.11.06 Domisili : Cibinong... KorWil : Cibinong NRA : 0074 Jabatan : Ang. Resmi Thunder :
125
Julukan : blue thunder 125 Sikon : single...
Subyek: Re: PERILAKU: Apa Yang Salah??? 21.02.08 11:57