Begini bro...
Saran saya, buat yang mau jadi enterpreneur, dari sekarang kumpulin uang dulu dari hasil kerja di kantor, dan pastikan uang tersebut akan digunakan untuk keperluan modal usaha...
Banyak aspek sih yang mesti bener2 diperhitungkan (jangan sembarangan memutuskan!), kalau udah bener2 mateng konsep dan ide serta cash flow nya baru jalanin... Jangan lupa jatah fakir miskin harus dikeluarkan tiap bulannya! Butuh keberanian dan keyakinan untuk menjadi enterpreneur.
Untuk masalah cashflow, seperti yang pernah dibahas oleh Pak Iwan di milis Koster beberapa waktu yang lalu...berikut saya copy postingan Pak Iwan di milis koster, walau gak setema, tapi masih dalam satu konsep...
ALIRAN UANG YANG TIADA PUTUS ... Begini bro ...
... kalo uang jangan pernah ditahan atau dibendung pengeluarannya ... biarkan
dia mengalir terus ... jangan pernah disetop ... hamburkan saja ...
Kenapa? Karena kalau anda menyadari dan meyakini dengan benar
... sebenarnya anda tak memiliki uang alias tak pernah punya uang ... tapi anda
hanya dititipi uang oleh yang punya ... Yang Maha Kaya, Alläh
subhaana–hu wa ta’aala [SWT], tersanjunglah–Dia dan
Dia-Maha-Tinggi ...
SIAPA YANG MEMBERI ANDA UANG?
Jika anda beranggapan bahwa perusahaan tempat anda bekerja
memberi anda uang gaji atau pun barang, karena anda telah mengabdi untuk
perusahaan, ... maka anda pada dasarnya dalam kekeliruan besar ... dalam
kesesatan jelas ... karena perusahaan itu hanya alat perantara belaka, tapi
Alläh lah yang memberi anda uang, ... dimana suatu hari anda bisa diberhentikan
... atau perusahaan tempat anda bekerja gulungtikar ... kecuali Alläh
berkehendak lain.
Jadi sadarilah bahwa anda mengabdi dan bekerja hanya
li `allaahi
ta’aala, untuk
Allä
h yang
Dia-Maha-Tinggi, dalam pengabdian | dedikasi |
’ibadäh kepada Alläh semata, sesuai perintah
–Nya, dan Alläh akan senatiasa memenuhi janji-Nya untuk
memenuhi kebutuhan para abdi-Nya, para petaqwa yang ikhlas ...
SERAHKANLAH HAK ORANG LAIN!
Lantas dalam tiap uang yang anda terima, selalu ada hak milik
orang lain ... sesuai dengan apa yang dinyatakan ayät Al-Qur`än ... Jadi anda
hanya diberi kepercayaan | `amanäh utk meneruskannya kepada pihak yang berhak
... Dengan kata lain, uang anda harus di"zakät"kan [clean up, dibersihkan dari
hak milik orang lain], dan sisanya harus di"
shodaqőh"kan, di"infäq"kan |
di"nafqah"kan sesuai tuntunan Al-Qur`än ... jangan sekalikali pernah
ditahan.
qad `aflaha man tazakkä, wa dzakara sma rabbi–hi, fa shallä [Q 87:14—15]
betul-betul dia-telah-beruntung siapa-saja-orang-yang
dia-telah-bertazakkä (berbersih-diri-berulang-kali), dan
dia-telah-mendzikiri-(mengingat) nama pengasuh-[tuhan]–nya, maka (lalu,
kemudian) dia-telah-bershalät-(bersejahtera-diri dengan menghadap
tuhannya).
SIAPAKAH YANG BERHAK?
Siapakah orang patut di"
shodaqőh"i? Berdasarkan
kebijaksanaaan Alläh yang telah ditetapkan dalam Al-Qur`än, para-orang-yang
berhak untuk menerima
shodaqőh adalah delapan kelompok, sebagaimana
dijelaskan dengan tegas oleh ayat berikut:
`inna–maa `alsh-shadaqaatun li `al-fuqaraa`i, wa `al-masaakiyni, wa `al-’aamiliyna–’alay–hä, wa `al-muw’allafati–quluwbu–hum, wa fiy `alr-riqaabi, wa `al-ghaarimiyna, wa fiy
sabiyli–`allaahi, wa `ibni–`als-sabiyli fariydhatan
mmina `allaahi, wa `allaahu ’aliymun hakiymun. [Q
9:60]
sesungguhnya–hanyalah sang-shodaqőh untuk:
sang-fuqarä` (sang-para-faqir), dan sang-masäkiyn (sang-para-miskin),
dan sang-’ämiliyn (sang-para-pe’amal) atas–nya, dan
sang-para-muw’allafah qalbu–mereka, dan sang-riqäb (sang-para-raqab |
sang-para-orang-terbelengu), dan sang-para-ghärimin
(sang-para-pehutang), dan fiy sabiyli-lläh (didalam jalan Alläh), dan `ibnu
sabiyl (sang-para-pejalan); sebagai-faridhah (fardhu, obligasi, kewajiban,
ketetapan, ketentuan) dari Alläh; dan Alläh adalah MahaMengetahui [lagi] MahaBijaksana. [Q 9:60]
Dalam tiap uang yang anda terima selalu ada hak milik orang
lain, yakni
`al fuqaraa [the needies]: para orang
fakir, para orang tak mampu, para jompo, para janda lemah, para anak yatim dan
piatu;
`al masaakiyna [the
poors]: para orang miskin;
`al ’amiylina [the worker]: para pekerja penyalur zakät,
shodaqőh, dan `infäq;
`al muw`allafah [the new
comers in isläm, the persons who recently reconciled their hearts to enter the
isläm]: para pemeluk baru isläm;
`alr riqäb [the bond men]: para
budak, sahaya, sandera, tawanan;
`al ghaarimin [the debtors]: para orang yang terlilit hutang;
fiy sabiyli
`allaahi [in the way of Alläh]: para orang yang berjuang didalam
jalan Alläh, para mujähid; dan
`ibn sabiyli [the travelers]: para musafir, perantauan, penuntut ilmu,
mereka yang kehabisan bekal dan kekurangan segala sesuatunya, termasuk biaya,
karena perjalanannya yang panjang, jauh dan melelahkan, dlsb ...
...
BISA JADI ANDA PANTAS DIRAMPOK!
Intinya, didalam sebagian harta, baik uang maupun barang,
para-orang berkelebihan adalah harta para-orang yang berkekurangan, dan bagian
harta ini harus diserahkan kepada ahlinya.
wa `alladziyna fiy
`amwaali–hum haqqun
mma’luwmun lli `als-saa`ili wa `al-mahruwmi. [Q 70:24—25]
dan para-orang-yang didalam heharta–mereka adalah haq tertentu untuk
sang-orang-yang-meminta dan sang-orang yang-berkekurangan.
khudz min `amwaali–him
shadaqatan tuthahhiru–hum, wa
tuzakkiy–him bi–haa, wa
shalli ’alay–him. [Q 9:103]
kamu-ambillah dari harta-harta–mereka
sebagai-shodaqőh agar kamu-memurnikan–mereka
[dari hak orang lain], dan
kamu-membersihkan-mereka dengan–nya [harta yang diambil tsb], dan ucapkanlah-sejahtera
atas–mereka.
Perhatiian,
khudz,
kamu-ambilah! Ini perintah tegas, kalau ada orang
berkemampuan secara finansial tak mau menyerahkan yang memang adalah hak orang
lain, maka ambilah, kalau perlu dengan paksa, bahkan kalau perlu rampas!
Secara alami, biasanya kalau harta tak dikeluarkan dengan cara
yang benar, maka ia akan keluar dengan sendirinya, dan bahkan dalam jumlah jauh
lebih besar daripada semestinya sebagai denda. Misalnya, melalui peristiwa
"kehilangan, kececeran, kecopetan, kecurian, kerampokan, kebanjiran, kebakaran,
dlsb ..."
ALIRAN AIR TIADA HENTI ...
Memang betu bahwa aliran uang dan barang itu bagaikan aliran
air ... ia mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, ... tapi
jangan pernah dibendung! ... Sebab sumber air atau mata air itu tak penah
kering, karena sumber utamanya adalah sumber rizqi dari Alläh ... sehingga ia
terus saja mengalir tiada henti dari waktu ke waktu ...
Jika anda tutup keran air anda ... maka air itu akan berhenti
mengalir ke ember anda ... tapi jika keran air tsb anda biarkan ... maka ia
terus menerus melimpahi ember anda sampai melimpah ruah ... Nah sebelum ember
anda penuh ... anda harus memberikan isinya kepada orang lain yang kekurangan
dan membutuhkan air ... karena jika tidak, air tsb akan mengalir ke tempat lain,
yang justeru "lebih rendah" daripada anda ...
matsalu `alladziyna
yunfiquwna `amwaala–hum fiy sabiyli `allaahi, ka matsali habbatin `anmbatat sab’a sanaabila, fiy kulli sunmbulatin mmi`atu habbatin; wa
`allaahu yudhaa’ifu li man yasyaa`u; wa
`allaahu waasi’un ’aliymun. [Q 2:261]
pemisalan para-orang-yang mereka-menafkahkan
harta-harta-mereka didalam jalan Alläh adalah bak pemisalan sebijih-benih
yang-dia-menumbuhkan tujuh tangkai, didalam tiap tangkai ada seratus bijih;
dan Alläh Dia-melipatgandakan kepada siapa-saja-yang Dia-kehendaki; dan Alläh
adalah MahaLuas [lagi]
MahaMengetahui.
Jadi anda sebaiknya anda harus menjadi pipa dan kran
perpanjangan | ekstensi yang mengalirkan air kepada orang lain ... dan dengan
demikian anda juga tak pernah kekurangan air dan bahkan selalu berkelebihan air
... dan selalu bisa membantu memberikan air kepada tiap orang lain yang
membutuhkannya ... Bukankah tangan diatas [memberi] itu lebih baik dan utama
daripada tangan dibawah [menerima]?
Percayalah, ... jadilah dermawan ... niscaya anda akan jadi
hartawan ...
Jika anda tak men"zakät"kan, men"
shodaqőh"kan,
meng"infäq"kan | me"nafqah"kan duit atau harta anda, maka anda adalah perampok
hak orang lain ... dan anda suatu ketika sangat pantas dirampok.
Jika anda tamak dan serakah, pelit dan kikir, maka anda adalah
orang paling miskin di dunia ...
Sesungguhnya orang paling kaya di dunia adalah orang yang tak
membutuhkan apa-apa lagi dari orang lain, karena Alläh telah mencukupkan segala
kebutuhannya, dan dia terus-menerus saja memberi tiada henti ... naik
harta-benda maupun ilmu ... dan Alläh adalah Maha Kaya atas segala sesuatu dan
Dia tak membutuhkan apa pun juga dari semua makhluq-Nya ... dan Alläh adalah
Maha Penyantun, Maha Pengasih, Maha Pemberi ... dan tiada pernah Dia akan
kekurangan karenanya ...
`inna–a `a’thaynaa–ka `al-kawtsara (1); fa shalli li rabbi–ka wa `inhar (2). `inna
syaani`a–ka huwa `al-`abtaru
(3). [Q 108:1—3]
sesungguhnya–Kami
[Alläh dan makhly-Nya yang berlaku sebagai perantara pemberi rizqi],
Kami-telah-melimpahkan-kepada–mu
sesuatu-yang-banyak [ni’mat, rizqi, dll.] (1);
maka kamu-bershalatlah (kamu-sejahterakanlah-dirimu) [untuk pemeliharaan-diri, taqwa, dan sebagai penyerahan-diri,
`isläm, dan pengamanahan-diri, `imän, dan pengabdian-diri, ibädah, dan
tanda syukur] untuk pengasuh–mu [tuhan-mu] dan kamu-berkorbanlah [untuk
mendekatkan-diri, taqarrub, kepada tuhan] (2). sesungguhnya [orang-yang] dia-membenci–mu
[tak sejalan dengan cara kamu beribädah | berdedikasi |
mengabdi, berkorban, berzakät, bershodaqőh, berinfäq, dlsb] dia
adalah sang-orang-tersela [terputus dari rahmat | ni’mat |
rizqi Alläh] (3)
... ... ...
BERSYUKURLAH ...
Jadi ente kalo punya uang ... jangan taruh dibawah bantal ...
hamburkan saja, ... tapi didalam jalan All
äh, ...
bukan diatas jalan kemaksiatan ...
Bersyukurlah atas
ni’mat | rizqi
Allä
h [karena anda diberikan kepercayaan | `amanäh
utk menyampaikan hak orang lain], niscaya Allä
h akan
menambahkannya atas kamu ... dengan rizqi berlipatganda melimpah ruah ... 1o
kali sampai 100 kali dari apa yang telah kamu keluarkan ... ...
dan ingatlah bahwa Allä
h Maha Kaya ... jadi kalau hendak meminta, memintalah kepada
Allä
h, dan Dia adalah Maha Empunya segala sesuatu ...
dan kalau hendak berhutang, berhutanglah kepada Allä
h, dan anda cukup membayarnya dengan menyerahkan diri dan
mengabdikan diri secara penuh kepada-Nya ... Anda belum punya rumah? Mintalah rumah kepada
Allä
h, karena seluruh rumah di dunia
ini milik-Nya! Anda belum punya mobil? Mintalah mobil kepada
Allä
h, karena seluruh mobil di dunia
ini milik-Nya! Anda belum punya sepedamotor? Mintalah sepedamotor kepada
Allä
h, karena
seluruhsepedamotor
di dunia ini milik-Nya! Masak iya
sih Allä
h Maha Pengasih lagi Maha Kaya tak bisa mengasih anda barang satu
pun juga? Keterlaluan! Tapi yang keterlaluan bukan Allä
h, melainkan barangkali anda! Kenapa? Karena anda barangkali
bisanya minta doang, tapi kagak mau usaha, kagak mau ibadah, kagak mau atau
malas jalanin perintah-Nya atawa setengah-setengah! Jadi barangkali
Allä
h bilang begini: "Ogah ah!!!" He he he ... Allä
h kan berbuat sekehendak-Nya! Tapi jangan lupa, Dia Maha Adil dan
Dia niscaya memberikan ganjaran setimpal atas tiap perbuatan ... yang baik yah
lebih baik dan yang buruk juga buruk ... Semoga bermafaat ...