Suzuki 500 adalah revolusi motor besar dua tak di era late 60
to middle 70. Tak ada pabrikan Jepang yang berani memproduksi motor
kelas 500cc dua tak saat itu.Masih penasaran sama motor yang dipakai Saksono Sosro Atmojo di Zilge,
Ceko pada 1972. Kalau tidak salah ingat, pada foto Saksono yang
terpasang di museum otomotif Sentul, bukan Suzuki 500 yang
ditungganginya, tapi motor Inggris dua tak, BSA Bantam.
Anyway, coba baca-baca di internet tentang Suzuki 500, wow,
ternyata. Suzuki 500 adalah revolusi motor besar dua tak di era late
60 to middle 70. Tak ada pabrikan Jepang yang berani memproduksi
motor kelas 500cc dua tak saat itu.
Suzuki 500 diproduksi pertama kali pada 1968 dengan nama Suzuki 500
Five (Cobra). Gampang mencirikannya, bentuk tangki yang mirip-mirip
Honda S atau Z 90, kalau bagi orang Indonesia kini. Atau yang gemar
motor klasik, tahu dong Honda Dream, 307 cc. Nah tangkinya kayak gitu.
Saat itu, Cobra dianggap mampu menyaingi performa kelas 650 cc empat
tak yang kebanyakan didominasi motor eropa, terutama Inggris seperti
Norton dan BSA. Jepang memang pintar dalam urusan dagang, Cobra
berharga jauh lebih murah daripada motor-motor Inggris tersebut.
Cobra, Titan, dan GTModel ini tak bertahan lama, pada 1969, keluarlah Suzuki T 500 II Titan
dengan tangki agak kotak. Perubahan signifikan secara teknis ada di
panjang wheelbase. Wheelbase Titan lebih panjang dari Cobra. Ini untuk
makin memudahkan handling motor dua tak bertenaga 46 hp pada 7,000 rpm
dan 5.5 kg-m (37.5 lb-ft) pada 6,000 rpm ini.
Titan lebih bertenaga 1 hp ketimbang Cobra. Titan berikutnya, T 500
III juga 47 hp pada 700 rpm. Selanjutnya adalah Titan R, Titan J, dan
Titan K, Titan L, dan terakhir Titan M pada 1975. Suzuki 500 Model T
ini benar-benar berhenti produksi pada 1977 digantikan model GT yang
juga memiliki varian 500 cc. Di Indonesia, saya sendiri pernah melihat
beberapa GT 380 teronggok di bengkel komunitas motor antik di Jakarta
dan Bekasi.
Mengguncang Dunia BalapCobra menggebrak dunia balap motor dunia dengan ikutan di Daytona 200 Mile Race pada 1968. Dua Cobra standar yang diturunkan berhasil finish di urutan kelima dan sembilan dari 80 motor.
Production bike, tidak seperti Moto GP saat ini, GP jaman dulu
diikuti oleh motor-motor yang diproduksi massal. Balapan seperti ini
sekarang ada di Superbike. Itulah sebabnya, sejak turun di ajang
Daytona, popularitas Suzuki 500 melonjak di seluruh dunia.
Metode pemasaran seperti ini lantas diikuti oleh Yamaha XS 650
(empat tak). Motor legendaris era 1970-an ini juga turun di Daytona dan
merontokkan dominasi motor Bule (Inggris, AS, dan Eropa) di dunia balap.
Beberapa pembalap GP dunia tercatat menunggangi Suzuki 500. Yang paling identik adalah Jack Findlay
dari Australia. Orang Australia hingga kini menganggap Jack salah satu
pahlawan olahraga bangsa itu hingga dibuatkan monumen patungnya. Jack
memenangi GP Ulster, 1971 dengan Suzuki 500 modifikasi rangka (The
Jada).
Jack sadar kekurangan Suzuki 500, yaitu mudah goyang rangkanya jika
digas penuh. Pembalap lain umumnya memakai rangka bikinan mekanik
Inggris Colin Seeley untuk mengatasi masalah ini. Jika membaca
postingan Indonesia Punya Pembalap Moto GP Lho, masalah ini juga dihadapi Saksono, pembalap GP asal Indonesia di era
yang sama dengan Jack Findlay. Bedanya, Saksono nekat menggunakan
rangka standar di Zilge pada 1972. Karena pesanan rangka Seeley baru
datang setelah race.
Ternyata, bagi Jack Findlay, rangka Seeley pun masih kurang kokoh,
makanya ia membuat rangka sendiri bersama Danielle Fontana. Rangka dan
Suzuki 500 ciptaannya itu lantas diberi nama The Jada.
Pada 1973, dengan Suzuki 500 , Jack memenangi Isle of Man Production
TT Races di Inggris. Kali ini, Suzuki Italia menyeponsorinya dengan
membuatkan pendingin air (radiator). Jack dianugerahi sebagai the best
privateer pada GP 500 sepanjang 1966-1968
Sumber: www.ajisaka.dagdigdug.commoro